Kamis, 17 April 2014

Keistimewaan Dakwah SALAFIYAH


oleh : Asy Syaikh Abdurrahman Al-Adeny hafizhahullah

Dakwah ahlus sunah di masa dahulu dan yang akan datang adalah dakwah tauhid, dakwah sunah, dakwah yang menyeru untuk berpegang teguh dengannya. Dakwah yang menghilangkan syirik, bidah, dan hawa nafsu. Dakwah yang mengajak masyarakat ke negeri yang aman dengan menanamkan kecintaan pada tauhid dan sunah dalam hati-hati mereka, dan memperingatkan mereka dari bidah dan hawa nafsu.
Termasuk dari keistimewaan dakwah ahlus sunah adalah tidak hanya memperingatkan dari bidah, hawa nafsu, dan kebatilan secara umum, tapi juga memperingatkan dari para pelaku bidah dan hawa nafsu. Akan tetapi, penanganan perkara ini dipegang oleh para ulama cendekia yang mengumpulkan antara ilmu dan takwa. Dengan peran mereka, alhamdulillah, pendirian kita kokoh tatkala banyak fitnah, ujian dan musibah. Tauhid dan sunah diajarkan, bidah dan hawa nafsu diperingatkan darinya.
Termasuk perkara yang paling dikhawatirkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam kepada kita adalah bidah dan hawa nafsu, sebagaimana sabda beliau,
(( إن ممّا أخاف عليكم بعدي بطونكم وفروجكم ومضلات الأهواء ))
“Sesungguhnya perkara yang aku khawatirkan pada kalian setelah wafatku adalah perut-perut kalian, kemaluan-kemaluan kalian dan kesesatan hawa nafsu.” (HR Ahmad)
Demikian juga dari doa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam,
(( اللهم جنبنا منكرات الأخلاق والأعمال والأهواء والأدواء ))
Ya Allah jauhkanlah kami dari kerusakan akhlak, amalan, hawa nafsu dan penyakit. (HR At Tirmidzi)
Sejak dahulu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam memerangi bidah dan pelakunya sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits. Oleh karena itulah, mari kita peluk manhaj ini, manhaj nabawi, manhaj salafi.
Para pelaku tauhid dan sunah direkomendasi, sedangkan para pelaku bidah dan penyimpangan dikritik, dicela, dan diwaspadai, hal ini adalah bagian dari dakwah ahlu sunah. Sejak dahulu hal ini digunakan sebagai benteng yang menjaga kaum muslimin dari bidah dan hawa nafsu. Tatkala muncul sikap bermudah-mudahan dalam hal ini, maka tanpa Anda sadari seorang penuntut ilmu yang mengerti tauhid dan sunah terjatuh dan tergelincir dalam perjalanannya, disebabkan tidak ada sikap pembeda disisi kebanyakannya mereka.
Wahai saudaraku, hendaknya kita mengambil pelajaran, Al Imam Baihaqi terpengaruh dengan Ibnu Fauroh dan mengambil darinya paham as’ariyah. Ibnu ‘Aqil disebabkan karena teman duduknya, menjadi berpaham mu’tazilah. Ya’qub bin Syubah disebabkan teman duduknya menjadi berpandangan netral dalam Al Quran. Al Imam Abdurazaq As Shon’ani disebabkan Jafar bin Abi Sulaiman Ad Dubai, menjadi mengambil paham syiah darinya. Demikianlah, hendaknya seorang pelaku sunah berhati-hati dari bermajelis dengan pelaku bidah dan hawa nafsu.
Termasuk dari manhaj ahlus sunah adalah memperingatkan dari pelaku bidah dan hawa nafsu. Dan jika ada tuntutan kemaslahatan, maka perlu untuk menyebutkan nama tokoh-tokoh bidah dan hawa nafsu ketika memperingatkan dari mereka. Agar diwaspadai kejahatan mereka dan ditampik fitnah mereka. Yang demikian ini juga dari manhaj ahlus sunah wal jamaah.
Penuntut ilmu hendaknya berhati-hati untuk masuk pada perkara yang dia tidak membutuhkannya. Alhamdulillah, para ulama dan para penasihat yang jujur telah mencukupi kita. Wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya perkara ini pelakunya berada di antara sikap berlebih-lebihan dan bermudah-mudahan. Dan yang diinginkan adalah sikap pertengahan, sebagaimana firman Allah:
{( وَكَذَلِكَ جَعَلنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا )}
“Demikianlah Kami jadikan kalian umat pertengahan” (QS. Al Baqorah :143 )
Tidak semua orang yang menyeru dengan Jarh Wa Ta’dil beruntung. Bagi kita pelajaran dari perjalanan Mahmud Al Hadad, bagi kita pelajaran dari perjalanan Falih Al Harbi, dan bagi kita pelajaran dari kelanjutan Al Hajuri. Bagi kita juga pelajaran dari perihal Ahmad Syaibani dan Shaleh Bakri di Yaman dan yang lainnya. Bab perkara ini berbahaya, hendaknya kita melazimi takwa kepada Allah.
Dan wajib bagi kita untuk mengikuti langkah-langkah para ulama kita, dan mengambil faedah dari manhaj dan metode mereka. Alhamdulilah, pondok ini dengan izin Allah, seperti pondok-pondok ahlu sunah yang lainnya berjalan diatas jalan yang terang dan jelas. Mementingkan ilmu syar’i, tauhid, dan sunah, dan memperingatkan dari bidah dan hawa nafsu. Dan tidak mengapa untuk saling menasihati, bahkan merupakan kewajiban untuk memperingatkan dari pelaku bidah dan hawa nafsu.
Tidaklah bidah itu terbatasi dengan bidah jahmiyah, mu’tazilah, murjiah, as’ariyah, syiah rafidhah dan sufiyah saja. Tidak, bahkan sekarang ini bidah banyak, sangat benar yang disabdakan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam,
(( افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة، وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة، كلها في النار إلا واحدة ))
“Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, dan Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya di neraka kecuali satu golongan” (HR Ahmad, Abu Daud Tirmidzi dan lainnya)
Siapakah golongan yang selamat ini? Mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas jalan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dan para Sahabatnya radhiyallah’anhum. Maka selalu saja bidah dan hawa nafsu ada sampai zaman kita ini. Demikianlah, dengan rasa persaudaraan, dan saling menasihati kita bekerja sama seluruhnya untuk tetap kokoh diatas kebaikan ini.
Janganlah masuk ke bab Jarh Wa Ta’dil kecuali jika Anda punya keahlian yang mencukupi padanya, dan bertakwalah kepada Allah. Bukanlah permasalahannya berbasa-basi dengan seseorang, mencari keridaan seseorang atau menghindar dari kemarahan seseorang. Karena Anda nantinya akan berdiri dihadapan Allah yang akan menanyakan kepada Anda perkara yang kecil dan besar, dan menperhitungkan amalan walaupun sekulit ari. Sangat benar Allah dalam firman-Nya,
{( وَوُضِعَ الكِتَابُ فَتَرَى المُجْرِمِين مُشْفِقِين مِمَّا فِيْه وَيَقُولُونَ يَوَيلَتَنَا مَالِ هَذَا الكِتابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلَّا أَحْصَهَا )}
“Dan diletakkanlah kitab, maka engkau melihat orang-orang yang berbuat dosa ketakutan dengan isinya dan berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan hal kecil dan besar, melainkan mencatat semuanya.” (QS. Al Kahfi :49)
Berhati-hatilah dari sikap zalim dan berlebih-lebihan, dan berhati-hatilah dari sikap lembek dan bermudah-mudahan. Mari kita bekerja sama semuanya di pondok ini, demikian juga di seluruh pondok-pondok ahlus sunah, untuk tetap kokoh di atas dakwah yang murni dan bersih. Yang berada padanya para ulama zaman sekarang dan terdahulu, para salafus shalih. Manhaj yang dipetik dari kitab Allah dan sunah Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wasalam.
Kita memohon kepada Allah untuk melapangkan dada-dada agar
menerima kebenaran, dan menganugerahkan kekokohan sampai ketika meninggalkan dunia, sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa-doa.
Alih bahasa: Abu Abdillah Zaki Ibnu Salman
Sumber : WA Salafy Lintas Negara

Tidak ada komentar: